Minggu, 16 April 2017

Tantangan Menuju Bonus Demografi

Indonesia tengah mengalami fenomena transisi demografi selama kurun waktu satu dekade terkahir ini. Kondisi ini terlihat dari fakta hasil sensus penduduk pada tahun 2000 bahwa program KB (Keluarga Berencana) yang direalisasikan oleh pemerintah dan dijalani oleh masyarakat Indonesia memberikan dampak yang positif. Fakta tersebut memperlihatkan bahwa penduduk berusia dibawah 15 tahun hampir tidak bertambah. Periode tahun 1970-1980 jumlahnya sekitar 60 juta dan hingga akhir tahun 2000 jumlahnya hanya meningkat menjadi 63-65 juta jiwa. Sebaliknya, pada tahun 1970 penduduk usia 15-64 berjumlah 63-65 juta dan berkembang menjadi dua kali lipat pada tahun 2000 yakni berjumlah 133-135 juta jiwa. Dalam konsep kependudukan, bonus demografi dimaknai sebagai keuntungan ekonomis karena dengan semakin banyak jumlah penduduk usia produktif maka akan semakin besar pula jumlah tabungan dari penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini juga dikenal sebagai jendela kesempatan (windows of oppurtunity) bagi suatu negara untuk melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri manufaktur, infrastruktur, maupun UKM karena berlimpahnya angkatan kerja tersebut. Salah satu negara yang berhasil memanfaatkan jendela peluang bonus demografinya untuk memacu pendapatn perkapita sehingga kesejahteraan masyarakatnya tercapai adalah Thailand dari 6,6 persen meningkat tajam menjadi 15,5 persen. Namun akan ada dampak negatif berikutnya paska bonus demografi yakni terjadi pembengkakan jaminan sosial dan pensiunan sehingga akan mendorong terjadinya stagnasi dalam perekonomian nasional karena tabungan usia produktif dialihkan sebagai dana talangan kedua hal tersebut.
Kita lihat dari besarnya ketimpangan  pembangunan manusia maupun angka koefisien gini yang kian membesar membuat peluang Indonesia untuk menikmati bonus demografi menjadi kecil. Untuk menikmati bonus demografi sangatlah penting untuk memperhatikan SDM, karena komponen ini sangat penting, baik digunakan sebagai subjek maupun objek dalam proses pembangunan. Kewirausahaan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah pengangguran terdidik di Indonesia khususnya mahasiswa, sehingga mahasiswa bisa menjadi motor penggerak masyarakat yang bisa menciptakan lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja apa lagi menjadi pengangguran. Berwirausaha karena terpaksa boleh saja terjadi, dari pada menjadi pengangguran yang menambah beban negara.

Bonus Demografi tidak akan datang dengan sendirinya tetapi untuk menjadikannya sebagai potensi ekonomi nasional, Indonesia perlu mempersiapkan diri agar jendela peluang ini dapat dimanfaatkan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia perlu memperhatikan ketimpangan yang terjadi diwilayah NKRI, dimana perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, pengendalian jumlah penduduk dan kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja. Komponen-komponen itu harus diperbaiki ke tahap yang lebih baik agar kualitas SDM meningkat yang membuat presentase untuk memanfaatkan bonus demografi meningkat. Dengan adanya upaya untuk mengurangi pengangguran terdidik dengan cara memanfaatkan peluang bisnis yaitu dengan berwirausaha bagi mahasiswa, diharapkan jumlah wirausaha di Indonesia meningkat sehingga akan memberikan dampak positif bagi negara berupa meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang menjadi lebih baik dan terbuka lowongan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. Pemerintah perlu menyeimbangkan lowongan pekerjaan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi negeri setiap tahunnya. Dengan adanya keseimbangan itu, diharapkan tenaga kerja dapat diserap sepenuhnya (full employment). Pemerintah Indonesia harus sudah memikirkan dampak negatif yang ditimbulkan pasca berakhirnya bonus demografi, dimana jumlah lansia akan meningkat, sehingga bonus demografi ini menjadi benar-benar bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia serta kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar