Indonesia tengah mengalami fenomena
transisi demografi selama kurun waktu satu dekade terkahir ini. Kondisi ini
terlihat dari fakta hasil sensus penduduk pada tahun 2000 bahwa program KB
(Keluarga Berencana) yang direalisasikan oleh pemerintah dan dijalani oleh
masyarakat Indonesia memberikan dampak yang positif. Fakta tersebut
memperlihatkan bahwa penduduk berusia dibawah 15 tahun hampir tidak bertambah.
Periode tahun 1970-1980 jumlahnya sekitar 60 juta dan hingga akhir tahun 2000
jumlahnya hanya meningkat menjadi 63-65 juta jiwa. Sebaliknya, pada tahun 1970 penduduk
usia 15-64 berjumlah 63-65 juta dan berkembang menjadi dua kali lipat pada
tahun 2000 yakni berjumlah 133-135 juta jiwa. Dalam konsep kependudukan, bonus
demografi dimaknai sebagai keuntungan ekonomis karena dengan semakin banyak
jumlah penduduk usia produktif maka akan semakin besar pula jumlah tabungan
dari penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Kondisi ini juga dikenal sebagai jendela kesempatan (windows of oppurtunity) bagi suatu
negara untuk melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri
manufaktur, infrastruktur, maupun UKM karena berlimpahnya angkatan kerja
tersebut. Salah satu negara yang berhasil memanfaatkan jendela peluang bonus
demografinya untuk memacu pendapatn perkapita sehingga kesejahteraan
masyarakatnya tercapai adalah Thailand dari 6,6 persen meningkat tajam menjadi
15,5 persen. Namun akan ada dampak negatif berikutnya paska bonus demografi
yakni terjadi pembengkakan jaminan sosial dan pensiunan sehingga akan mendorong
terjadinya stagnasi dalam perekonomian nasional karena tabungan usia produktif
dialihkan sebagai dana talangan kedua hal tersebut.
Kita lihat dari besarnya
ketimpangan pembangunan manusia maupun
angka koefisien gini yang kian membesar membuat peluang Indonesia untuk
menikmati bonus demografi menjadi kecil. Untuk menikmati bonus demografi
sangatlah penting untuk memperhatikan SDM, karena komponen ini sangat penting,
baik digunakan sebagai subjek maupun objek dalam proses pembangunan. Kewirausahaan
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah
pengangguran terdidik di Indonesia khususnya mahasiswa, sehingga mahasiswa bisa
menjadi motor penggerak masyarakat yang bisa menciptakan lapangan kerja, bukan
hanya pencari kerja apa lagi menjadi pengangguran. Berwirausaha karena terpaksa
boleh saja terjadi, dari pada menjadi pengangguran yang menambah beban negara.
Bonus Demografi tidak akan datang
dengan sendirinya tetapi untuk menjadikannya sebagai potensi ekonomi nasional,
Indonesia perlu mempersiapkan diri agar jendela peluang ini dapat dimanfaatkan
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia perlu
memperhatikan ketimpangan yang terjadi diwilayah NKRI, dimana perlu adanya
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan, pengendalian jumlah penduduk dan kebijakan ekonomi yang mendukung
fleksibilitas tenaga kerja. Komponen-komponen itu harus diperbaiki ke tahap
yang lebih baik agar kualitas SDM meningkat yang membuat presentase untuk
memanfaatkan bonus demografi meningkat. Dengan adanya upaya untuk mengurangi
pengangguran terdidik dengan cara memanfaatkan peluang bisnis yaitu dengan
berwirausaha bagi mahasiswa, diharapkan jumlah wirausaha di Indonesia meningkat
sehingga akan memberikan dampak positif bagi negara berupa meningkatnya
pertumbuhan ekonomi yang menjadi lebih baik dan terbuka lowongan pekerjaan
untuk menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. Pemerintah perlu
menyeimbangkan lowongan pekerjaan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi negeri
setiap tahunnya. Dengan adanya keseimbangan itu, diharapkan tenaga kerja dapat diserap
sepenuhnya (full employment). Pemerintah
Indonesia harus sudah memikirkan dampak negatif yang ditimbulkan pasca
berakhirnya bonus demografi, dimana jumlah lansia akan meningkat, sehingga
bonus demografi ini menjadi benar-benar bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia
serta kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar