Jumat, 03 Maret 2017

Analisis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Indonesia Tahun 2017



Tabel diatas adalah Asumsi Dasar Ekonomi Makro Indonesia Tahun 2016 dan 2017, dimana 2016 berada disebelah kanan dan 2017 berada disebelah kiri. Untuk melakukan analisis asumsi dasar ekonomi makro tahun 2017 diperlukan bahan-bahan yang mendukung, yaitu asumsi dasar ekonomi tahun sebelumnya. Asumsi dasar ekonomi makro diperlukan untuk dijadikan tolak ukur sebelum menyusun anggaran yang dibutuhkan dan dikeluarkan oleh negara. 




Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa asumsi dasar makro ekonomi indonesia tahun 2015 tidak mencapai target yang telah direncanakan. Ini didasarkan pada Penetapan APBNP tahun 2015 dimana pertumbuhan eknomi minus 0.1 persen dari penetapan semula, inflasi meningkat sebesar 0,6 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan dinaikan menjadi 6,2 persen, nilai tukar rupiah terhadap dollar ditetapkan kembali dengan melemah atau terdepresiasi menjadi Rp 12.500/$, harga minyak yang semula ditetapkan sebesar 105 US$/barel ditetapakn kembali dengan merosot tajam sebesar 60 US$/barel dan lifting minyak yang turun sebesar 0,75 ribu barel/hari.  Pada tahun 2015 pendapatan Indonesia mengalami penurunan dari sektor Minyak dimana pada awal tahun 2015 harga minyak diprediksi sebesar 105 US$/barel nyatanya pada tahun berjalan harga minyak merosot ke 60 US$/barel. Penurunan harga minyak menyebabkan investasi pada sektor migas mengalami penurunan, sehingga produksi turun dan pendapatan juga turun yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbangan pada sektor migas terhadap GDP akan semakin kecil. Hal ini juga akan berdampak terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional/Indonesia.

Pada tahun 2016 asumsi dasar makro ekonomi indonesia mendekati target yang telah ditetapkan. Awal penetapan kurs rupiah yang diperkirakan akan melemah sebesar Rp 13.900/$ dari tahun sebelumnya nyatanya hanya melemah sebesar Rp 13.500/$, Indonesia setidaknya berhasil mencegah rupiah terdepresiasi lebih dalam. Inflasi pada tahun 2016 dapat ditekan atau stabil ini terlihat dari penetapan APBNP sebesar 4.0 yang semula ditetapkan sebesar 4.7 yang menandakan pada tahun berjalan sebelum ABNP tahun 2016 ditetapkan inflasi berlangsung dengan stabil. Tingkat bunga SPN 3 Bulan tetap sebesar 5.5, harga minyak pada APBNP ditetapkan sebesar 40 US$/barel turun 10 US$/barel dari penetapan awal dan lifitng minyak pada penetapan APBNP turun sebesar 10 ribu barel/hari.

APBN 2017 memperkirakan inflasi sebesar 4,0 persen sama dengan penetapan inflasi pada APBNP 2016. Berdasarkan Tabel3. dapat diketahui bahwa realitas inflasi yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016 lebih rendah dari  penetapan pada APBNP. Realitas inflasi pada tahun 2015 dan 2016 membuktikan bahwa pengendalian atas inflasi sangat bagus. Pengendalian inflasi dan menjaga pemenuhan konsumsi masyarakat akan menunjang pertumbuhan ekonomi di suatu negara khususnya indonesia.


Lifting minyak bumi dan gas jika dihubungkan dengan teori keynes akan masuk ke pengeluaran pemerintah. Lifting minyak salah satu indikator yang mempengaruhi penerimaan negara baik dari pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Penerimaan negara dari sektor lifting minyak nantinya akan digunakan lagi yakni, untuk belanja negara, membayar gaji pegawai, dan lain-lain. Pada ABNP 2015 dan 2016 lifting minyak yang ditetapkan mengalami penurunan yakni dari 825 ribu barel/hari menjadi 820 ribu barel/hari. Penurunan lifting minyak di Indonesia sudah terjadi dari tahun 2006 hinggga 2013 (tabel7) dan jika dilihat dari penetapan APBNP 2016 penurunan itu terus berlanjut. Penurunan lifting minyak bumi Indonesia terjadi karena kondisi cadangan minyak yang ada. Pangsa cadangan minyak bumi Indonesia hanya berkisar 0,2 persen dari total cadangan minyak bumi dunia. Faktor usia kilang minyak yang semakin tua, rendahnya teknologi yang masih sederhana menjadi faktor penyebab tambahan rendahnya lifting minyak. Untuk mencegah lifitng minyak terus turun kilang-kilang minyak yang ada perlu diperbaharui sehingga kilang-kilang minyak yang sebenarnya masih berfungsi dapat di manfaatkan dengan lebih baik. Pembaharuan kilang-kilang minyak ini membutuhkan dana yang besar sehingga pemerintah harus mencari cara agar investor-investor tertarik untuk menginvestasikan dana nya di bidang pembangunan infrastruktur hilir minyak dan gas bumi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar